EKSPLORASI PENYU

 EKSPLORASI SUMBERDAYA HAYATI LAUT

Dibuat Oleh : Meisya Zuhraiga Saragih (E1I020002)

Mahasiswa Ilmu Kelautan, Universitas Bengkulu

EKSPLORASI PENYU 

PENDAHULUAN

    Indonesia dianggap sebagai salah satu negara paling beragam di dunia. Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity ) adalah istilah yang menggambarkan keanekaragaman ekosistem dan perbedaan bentuk dan varietas hewan, tumbuhan dan mikroorganisme di dunia. Keanekaragaman hayati dengan demikian meliputi keanekaragaman ekosistem (habitat), jenis (spesies) dan genetika (varietas/keturunan). Kekayaan sumber daya alam hayati Indonesia yang kaya dimungkinkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) luas wilayah sekitar 8 juta km persegi, dimana 1,9 juta km² merupakan daratan, (2) keadaan geografis yang terdiri dari kepulauan terpisah dan saling berjauhan sehingga mendorong terjadinya spesiasi (pembentukan spesies), (3) terletak di antara dua kawasan biogeografis, yaitu Indo-Malaya di sebelah barat dan Australia di sebelah timur, sehingga komposisi flora dan fauna merupakan gabungan dari flora dan fauna kedua kawasan tersebut. (5) Jenis ekosistem yang berbeda dari pantai hingga pegunungan yang tertutup salju diperkirakan ada 47 ekosistem. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan ribuan pulau yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Salah satu kekayaan alam tersebut adalah penyu yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia (Soetijono, 2019).

    Penyu merupakan spesies laut yang mampu hidup di dua habitat yaitu air dan darat. Penyu dapat ditemukan di perairan laut dangkal namun kadang-kadang dapat muncul di pesisir pantai. Teuf et al., (2023) menjelaskan bahwa Penyu biasanya menghuni laut yang memiliki karakteristik tertentu seperti perairan karang, pantai yang luas dan landai, atau perairan dengan suhu sedang atau dingin. Selain itu, Penyu memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut seperti menjaga kualitas terumbu karang, berperan sebagai sumber makanan bagi hewan laut lain, dan berkontribusi dalam penghasilan oksigen.

    Penyu mampu berigrasi dengan jarak yang jauh, penyu tersebar luas di Samudera Pasifik, Samudera Atlantik serta Samudera Hindia. Penyu melakukan migrasi dengan jarak 3.000 km yang diperkirakan bisa menempuh 58 sampai 73 hari (Ella, 2021). Suciwati (2012), menambahkan bahwa penyu termasuk sebagai hewan purba yang masih hidup hingga disaat ini, bagi para ilmuwan penyu sudah ada sejak 140 - 20 juta tahun lalu. Penyu menghabiskan seluruh hidupya berada di laut akan tetapi induk penyu akan menuju ke daratan ketika waktunya bertelur. Hal ini menyebabkan penyu sangat sulit untuk dikonservasi.

    Pantai sebagai tempat penyu bertelur memiliki persyaratan umum antara lain mudah dijangkau dari laut, posisinya harus cukup tinggi untuk mencegah telur terendam oleh air pasang dan pasirnya relatif lembut (loose) dan berukuran sedang untuk mencegah runtuhnya lubang sarang pada saat pembentukannya. Pemilihan lokasi ini dimaksudkan agar telur berada dalam lingkungan bersalinitas rendah, lembab dan substrat memiliki ventilasi yang baik sehingga telur-telur tidak tergenang air selama masa inkubasi. Lingkungan yang heterogen dan relatif luas untuk membuat sarang telurnya merupakan karakteristik yang disukai penyu untuk bertelur (Bouchard dan Bjorndal, 2000; Sheavtiyan et al., 2014).

    Pemilihan pantai memberikan rasa aman bagi penyu untuk melakukan peneluran. Karakteristik pantai sangat mempengaruhi proses peneluran penyu. Paulus et al., (2020) menyatakan bahwa jumlah populasi makhluk hidup pada wilayah pesisir dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sebagai habitat organisme tersebut. Karakteristik pantai pendaratan yang cocok bagi penyu dapat dipengaruhi beberapa faktor yakni lebar dan kemiringan pantai, suhu substrat, kelembaban, jenis pasir serta vegetasi pantai. Penyu akan merasa nyaman membuat sarang ketika menemui lebar dan panjang pantai yang sesuai. Vegetasi dapat melindungi sarang agar suhu sarang tetap terjaga.

ISI

Penyu merupakan salah satu spesies dalam kelas reptil yang hidup di laut. Penyu memiliki kebiasaan dimana dia dirilis, atau menetas disitu pula lah dia akan kembali untuk bertelur. Penyu menghabiskan seluruh hidupya berada di laut akan tetapi induk penyu akan menuju ke daratan ketika waktunya bertelur. Hal ini menyebabkan penyu sangat sulit untuk dikonservasi. Status konservasi penyu secara Internasional sudah termasuk dalam daftar merah (Red List) di IUCN dan Appendix 1 CITES yang berarti keberadaannya di alam sudah terancam punah sehingga diperlukan suatu kegiatan konservasi guna melestarikan penyu.

Jenis – Jenis Penyu yang ada di Indonesia

    Menurut Balaira et al., (2017) yang mengatakan perairan di Indonesia terdapat 6 jenis penyu dari 7 jenis penyu yang ada di dunia yakni Chelonia mydas, Eretmochelys imbracata, Lepidochelys olivacea, Caretta caretta, Natator depressus dan Dermochelys coriacea.

1. Penyu Hijau (Chelonia mydas)

    Salah satu penyu yang masih sering ditemukan di perairan Indonesia yaitu penyu hijau (Chelonia mydas). Penyu hijau (Chelonia mydas) ini mempunyai ukuran panjang 90cm dengan bobot 150 kg, penyu hijau sering diburu karena mempunyai nilai ekonomis tinggi diantara enam jenis penyu lain nya yang ada di Indonesia Pendaratan C. mydas di pesisir pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor lingkungan, aktivitas masyarakat sekitar pantai, pasang surut air laut, kemiringan pantai dan kebersihan pantai (Rukmi et al., 2011). Umumnya aktivitas pendaratan C. mydas sering terjadi saat malam hari pada periode waktu 21.00 - 03.00 WIB (WWF, 2012).

2. Penyu Sisik (Eretmochelys imbracata)

    Penyu sisik memiliki ciri khas yaitu cangkang yang dilapisi oleh sisik-sisik yang bergelombang. Sisik-sisik ini memberikan penyu sisik penampilan yang unik dan membedakannya dari spesies penyu lainnya. Cangkang penyu sisik terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan keras dan lapisan dalam yang lebih lembut. Bagian atas cangkang penyu sisik biasanya berwarna coklat gelap hingga hitam, sementara bagian bawahnya berwarna kuning terang.

3. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)

    Penyu (Lepidochelys olivacea) merupakan hewan dalam kelas reptilia yang masa hidupnya hampir seluruhnya berada di lautan dan termasuk hewan ovipar dan pembuahan telur berlangsung didalam tubuh induk. Karapas Penyu Lekang berbeda dengan penyu yang lain, lateral scutes-nya berjumlah 6 sampai 10 buah pada kedua sisi karapas dan karapas cenderung melebar serta berwarna kuning keabu-abuan dengan ruas-ruas yang memanjang neural. Jenis kelamin penyu dapat dibedakan dengan cara membedakan ukuran ekor dan kepala penyu.

4. Penyu Tempayan (Caretta caretta)

    Penyu Tempayan atau Loggerhead (Caretta caretta) merupakan satu dari tujuh spesies penyu di dunia. Penyu Tempayan pun menjadi satu diantara enam jenis penyu yang ditemukan hidup di perairan Indonesia. Penyu Tempayan memiliki tubuh yang besar dengan kepala yang lebar dan cekung serta tubuh yang dilapisi oleh sisik-sisik besar yang berbentuk tempayan, yang memberi mereka nama umum. Warna kulit mereka biasanya cokelat hingga kekuningan, dengan pola sisik berwarna lebih gelap.

5. Penyu Pipih (Natator depressus)

    Penyu pipih (Natator depressus) adalah spesies penyu yang endemil di landas kontinen Australia. Penyu pipih termasuk ke dalam super familia Cheloniidae dan satu-satunya spesies yang ditemukan dalam genus Natator. Penyu pipih dewasa memiliki karapas rendah berkubah, dengan tepi terbalik, yang panjangnya sekitar 90-95 cm. Karapas berwarna zaitun abu-abu dan plastron berwarna krem. Bayi penyu pipih memiliki karapas abu-abu dengan sisik khas bergaris hitam. Plastron dan tepi karapas berwarna putih.

6. Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea)

    Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) adalah sejenis penyu raksasa dan satu-satunya jenis dari suku Dermochelyidae yang masih hidup. Penyu ini merupakan penyu terbesar di dunia dan merupakan reptil keempat terbesar di dunia setelah tiga jenis buaya. Penyu belimbing dikenal oleh beberapa masyarakat dengan sebutan penyu raksasa, kantong atau mabo. Nama umumya dalam bahasa inggris adalah Leatherback sea turtle.

Potensi Pada Penyu

    Penyu memiliki berbagai potensi yang dapat dimanfaatkan secara ekonomi dan lingkungan. Berikut beberapa potensi pada penyu:

  1. Wisata: Penyu dapat menjadi daya tarik wisata yang besar. Banyak daerah wisata pantai yang menawarkan aktivitas pengamatan penyu di alam liar atau pusat penelitian dan konservasi penyu.
  2. Konservasi: Penyu memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Program konservasi yang bertujuan untuk melindungi populasi penyu dan habitatnya dapat membantu menjaga keberlanjutan lingkungan dan sumber daya laut.
  3. Pemulihan Ekosistem Terumbu Karang: Penyu memainkan peran penting dalam pemulihan dan kesehatan ekosistem terumbu karang. Ketika penyu memakan alga dan tumbuhan laut, mereka membantu menjaga keseimbangan ekosistem dengan mencegah pertumbuhan alga yang berlebihan yang dapat menyebabkan kerusakan pada terumbu karang.

Penyebab Kematian pada Penyu

    Perburuan liar merupakan ancaman serius bagi populasi penyu di banyak belahan dunia.Penyu sering ditangkap untuk diambil dagingnya yang dijual secara ilegal, dan diambil bagian tubuhnya seperti kulit, cangkang, dan tulangnya yang digunakan sebagai bahan baku industri. Selain itu, penyu secara tidak sengaja terjerat jaring ikan dan alat tangkap lainnya, yang dapat mengakibatkan cedera serius atau kematian. Kurniawan dan Gitayana (2020) menyebutkan bahwa predator merupakan salah satu gangguan terhadap telur di sarang alami, selain itu rendahnya keberhasilan penetrasi (O’Connor et al., 2017) juga dapat mempengaruhi populasi penyu dilautan. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penetrasi dan melindungi penyu telur adalah dengan melakukan penambangan melalui pemindahan telur ke sarang semi alami.

Pencegahan Kepunahan pada Penyu

    Menurut Ilhami dan Fitrisia (2022) Pencegahan kepunahan penyu di Indonesia, Pemerintah berupaya untuk melindungi penyudengan cara membuat peraturan dan undang-undang tentang perlindungan penyu. Hal tersebut tercantum kedalam Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam hayati dan Ekosistemnya. Pelaku perdagangan (penjual dan pembeli) satwadilindungi seperti penyu itu bisa dikenakan hukuman penjara 5 tahun dan denda Rp100 Juta. Pemanfaatan jenis satwa dilindungi hanya diperbolehkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan dan penyelamatan jenis satwa yang bersangkutan. Kepunahan penyu merupakan ancaman serius terhadap keanekaragaman hayati dan kelestarian ekosistem laut. Untuk mencegah kepunahan penyu, diperlukan upaya pencegahan yang melibatkan berbagai aspek seperti perlindungan habitat, pengelolaan perburuan, kesadaran masyarakat, dan kerjasama internasional.

    Penyu merupakan spesies laut yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut, namun populasi penyu di Indonesia terus mengalami penurunan akibat berbagai faktor seperti perburuan, perusakan habitat, dan perubahan iklim. Oleh karena itu, perlunya dilakukan upaya konservasi dan eksplorasi penyu yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penyebab penurunan populasi, memperbaiki kondisi habitat, dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pelestarian penyu.

 KESIMPULAN

    Eksplorasi pada penyu dilakukan untuk memahami keberadaan, kondisi populasi, dan perilaku mereka, serta untuk melindungi dan melestarikan populasi penyu di habitat alaminya. Salah satu lokasi yang sering dieksplorasi untuk penelitian penyu adalah Indonesia, yang memiliki keanekaragaman jenis penyu yang tinggi. Eksplorasi penyu juga dapat memberikan manfaat ekonomi melalui pengembangan ekowisata. Wisatawan yang tertarik untuk melihat langsung populasi penyu dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian lokal di sekitar habitat penyu. Melalui eksplorasi penyu, diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang populasi, habitat, dan ekologi penyu, serta kebutuhan konservasi yang spesifik.


DAFTAR PUSTAKA

Balaira, E., Boneka, F., dan Wagey, B. 2017. Tempat bertelur penyu di pulau Salibabu kabupaten Talaud. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 5(2) : 20-25.

https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jplt/article/view/15047

Bouchard, S.S. dan Bjorndal, K.A. 2000. Sea Turtles as Biological Transporters Of NutrientsAnd Energy From Marine To Terrestrial Ecosystems. Ecology. 81(8) : 2305- 2313.

https://doi.org/10.1890/0012-9658(2000)081[2305:STABTO]2.0.CO;2

Ilhami, A. P., dan Fitrisia, A. 2022. Uptd. Penangkaran Penyu Kota Pariaman Terhadap Sosial-Ekonomi Masyarakat (2013-2020). Jurnal Kronologi.  4(3) : 325-337.

https://doi.org/10.24036/jk.v4i3.250

Kurniawan, N., dan Gitayana, A. 2020. Why Did the Population of the Olive Ridley Turtle Lepidochelys olivacea (Eschscholtz, 1829) Increase in Alas Purwo National Park’s Beach, East Java, Indonesia?. Russian Journal of Marine Biology. 46 : 338-345.

https://link.springer.com/article/10.1134/S1063074020050065

Ni'immah, I. E. I. U. 2021. Pengaruh Perbedaan Suhu Dan Cahaya Terhadap Ukuran Tubuh Dan Tingkat Kebugaran Tukik Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) Di Pantai Goa Cemara, Bantul, Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

http://repository.ub.ac.id/id/eprint/185821

O’Connor, J. M., Limpus, C. J., Hofmeister, K. M., Allen, B. L., dan Burnett, S. E. 2017. Anti-predator meshing may provide greater protection for sea turtle nests than predator removal. PloS one. 12(2),

https://doi.org/10.1371/journal.pone.0171831

Paulus, C. A., Soewarlan, L. C., dan Al Ayubi, A. 2020. Sebaran Jenis Sampah Laut Dan Dampaknya Terhadap Kepadatan Populasi Dan Keanekaragaman Makrozoobentos Pada Kawasan Ekowisata Mangrove Di Pesisir Kelurahan Oesapa Barat, Kota Kupang. Jurnal Bahari Papadak. Hal : 105–118.

https://ejurnal.undana.ac.id/JBP/article/view/3239

Rosalina, D., & Prihajatno, M. (2022). Upaya Konservasi Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) Di Wilayah Konservasi Edukasi Mangrove Dan Penyu Pantai Cemara, Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia. 14(1) : 1-10.

http://dx.doi.org/10.15578/jkpi.14.1.2022.1-10

Rukmi, DS, Sudrajat dan Datusahlan, M, 2011. ‘Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Hijau (C. mydas) Berdasarkan Karakteristik Pantai di Kepulauan Derawan Kalimantan Timur’. Jurnal Mulawarman Scientifie. 10(2) : 183- 191.

Sheavtiyan, R.S. Tri, dan L. Irwan. 2014. Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Hijau (Chelonia mydas, Linnaeus 1758) di Pantai Sebubus, Kabupaten Sambas. Jurnal Protobiont. 3 (1) : 46-54.

 http://dx.doi.org/10.26418/protobiont.v3i1.4581

Soetijono, I. K. 2019. Implementasi Perjanjian Internasional Terhadap Upaya Pelestarian Penyu Di Indonesia. Fairness and Justice: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum. 17(2) : 147-161.

https://doi.org/10.32528/faj.v17i2.2800

Suciwati, U. 2012. Studi Beberapa Faktor Lingkungan Di Tempat Peneluran Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata) Di Pantai Sumingi Dan Pantai Pulo Pasi Kabupaten Kepulauan Selayar (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/8518/2/ultahsuciw-1198-1-12-ultah-3%201-2.pdf

Teuf, Y., Paulus, C. A., dan Boikh, L. I. 2023. Karakteristik Biofisik Dan Kesesuaian Pantai Pendaratan Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) Di Taman Wisata Alam (Twa) Menipo. Jurnal Bahari Papadak. 4(1) : 18-31.

https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/10233

World Wild Foundation (WWF), 2012, Status Populasi Penyu di Kecamatan Paloh, Sambas, WWF - Indonesia Marine Program, Jakarta.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eksplorasi Kuda Laut