PENCEMARAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg)
PENCEMARAN LAUT
Dibuat
Oleh : Meisya Zuhraiga Saragih
Mahasiswa
Ilmu Kelautan, Universitas Bengkulu
PENCEMARAN
LOGAM BERAT MERKURI (Hg)
PENDAHULUAN
Pencemaran
telah menjadi masalah bagi sebagian besar wilayah perairan Indonesia, termasuk
ekosistem sungai yang menjadi habitat berbagai organisme perairan yang
keberadaannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Organisme ini
termasuk tanaman air, ikan, krustasea, arthropoda, organisme bentik, dan
plankton dan perifiton. Diantara bahan pencemar yang dapat melemahkan dan
merusak daya dukung lingkungan sungai adalah logam berat. Logam berat merupakan
polutan yang berbahaya karena beracun dalam jumlah besar dan mempengaruhi
berbagai aspek badan air baik secara biologis maupun ekologis. Indikator
pencemaran lingkungan perairan adalah konsentrasi logam berat yang terakumulasi
dalam air dan sedimen perairan. Keberadaan logam berat dalam air dapat berasal
dari berbagai sumber antara lain limbah pertambangan, rumah tangga, pertanian,
dan industri.
Perairan
pesisir adalah perairan yang tercemar karena perairan ini merupakan sumber
sungai dan tempat pengumpulan polutan yang diangkut oleh sungai. (Armawati et
al., 2016). Pertambahan penduduk dan aktivitas industri memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap penurunan kualitas air, termasuk akumulasi
logam berat di perairan pesisir (Armid et al., 2017). Keberadaan logam
berat dalam organisme akuatik juga menjadi perhatian dalam beberapa tahun
terakhir karena sifat ekotoksisitas, persistensi, bioakumulasi dan
biomagnifikasinya dalam sistem kelautan.
Logam
berat adalah salah satu zat kontaminan dalam air yang tidak dapat dilarutkan
(nondegradable) atau dihilangkan oleh mikroorganisme di lingkungan, sehingga
dapat menumpuk dan mengendap ke dasar (Subarkah et al., 2021; Suprihatin
et al., 2022). Sulitnya pelapukan logam berat, baik secara fisik,
kimiawi, maupun biologis membuat keberadaan kadar logam berat yang terlarut
dalam air laut atau sedimen memiliki dampak yang signifikan terhadap baik
buruknya kondisi air laut Meskipun dalam ekosistem akuatik alami, logam berat
ditemukan pada konsentrasi rendah, biasanya nanogram atau mikrogram per liter.
Logam berat yang sering ditemukan di dalam air antara lain Fe (besi), Ti
(titanium), timbal (Pb), tembaga (Cu), dan kadmium (Cd) (Anggraini dan
Puryanti, 2019; Nurhidayati et al., 2021; Siaka et al., 2016).
Logam
berat biasanya ditemukan sangat sedikit dalam air secara alami yang kurang dari
1 ยตg. Tingkat konsentrasi logam dalam air dibagi sesuai dengan tingkat polusi,
seperti polusi berat, polusi sedang, dan non-polusi. Air yang mengalami polusi
berat biasanya memiliki kandungan logam berat yang tinggi di dalam air dan
organisme yang hidup di dalamnya. Pada tingkat polusi sedang, kandungan logam
berat dalam air dan organisme dalam air berada dalam batas marginal. Adapun
pada tingkat nonpolusi, kandungan logam berat dalam air dan organisme sangat
rendah dan bahkan tidak terdeteksi (Lestari dan Trihadiningrum, 2019).
Air
raksa atau merkuri (Hg) adalah logam yang ada secara alami, merupakan
satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair. Logam murni berwarna
keperakan/putih keabu-abuan, cairan tak berbau dan mengkilap. Bila dipanaskan
sampai suhu 3570C, Hg akan menguap. Menurut Pratiwi, 2020 Merkuri (Hg) adalah
unsur renik pada kerak bumi hanya sekitar 0,08 mg/l dan logam ini banyak
tertimbun di daerah pertambangan. Merkuri (Hg) dianggap logam berat paling
beracun di antara logam berat lainnya yang ada di lingkungan. Merkuri (Hg)
dilepaskan ke lingkungan dari kegiatan industri seperti farmasi, kertas dan
pengawet pulp, industri pertanian, dan klorin serta industri produksi soda
kaustik. Merkuri (Hg) merupakan unsur yang sangat beracun yang banyak tersebar
di atmosfer, litosfer, dan air permukaan. Merkuri (Hg) dapat masuk ke
lingkungan perairan karena aktivitas penambangan, residu pembakaran batubara,
limbah pabrik, fungisida, pestisida, limbah rumah tangga dan sebagainya.
ISI
Logam
Merkuri (Hg) Merkuri merupakan salah satu logam berat yang berbahaya dan dapat
terjadi secara alamiah di lingkungan,sebagai hasil dari perombakan mineral di
alam melalui proses cuaca/iklim,dari air dan angin.senyawa merkuri dapat di
timbulkan dari udara ,tanah dan air dekat tempat-tempat kotor dan
berbahaya.merkuri dapat berkaitan dengan senyawa lain seperti klorin, sulfur, atau
oksigen membentuk senyawa atau garam merkuri anorganik. Umumnya merkuri
ditemukan di alam dan dalam bentuk merkuri metalik ,merkuri sulfide,merkuri
klorida dan metal merkuri. Merkuri digunakan dalam thermometer, barometer dan
dalam amalgam gigi. Merkuri sulfida dan merkuri oksida digunakan sebagai pigmen
cat. Merkuri sulfide juga digunakan sebagai pigmen untuk membuat tato (Septriani
et al., 2023).
Bahaya
Merkuri
Merkuri
adalah logam berat yang sangat beracun dan berbahaya bagi organisme air dan
juga manusia. Merkuri tidak dapat didegradasi oleh bakteri sehingga dapat
menumpuk di perairan (Zulfahmi 2014). Merkuri dapat masuk ke dalam air karena
aktivitas penambangan, residu pembakaran batubara, limbah pabrik, fungisida,
pestisida, limbah rumah tangga dan sebagainya. Pada tahun 1956, di teluk
Minamata Jepang, ada kasus keracunan merkuri dari pabrik kimia (Chisso Co.
Ltd.). Limbah pabrik yang mengandung merkuri masuk ke teluk Minamata kemudian
menumpuk di ikan dan kerang. Ikan dan kerang kemudian dikonsumsi manusia
sehingga merkuri juga menumpuk pada manusia. Tingginya kadar merkuri dapat
menyebabkan ataksia, penurunan kemampuan bicara dan pendengaran, tremor, disartria.
Pada tingkat akut, gejala-gejala ini biasanya memburuk disertai dengan
kelumpuhan, kegilaan, jatuh kedalam koma dan akhirnya kematian. Keracunan
merkuri tidak hanya terjadi pada manusia dewasa, tetapi juga terjadi pada
janin. Merkuri dapat menyebabkan kerusakan otak pada janin yang ibunya
terkontaminasi merkuri (Yorifuji et al, 2018).
Menurut
Mardiana (2022) Merkuri bahan tambahan yang sering ditambahkan dalam kosmetik
yang fungsinya menghasilkan kulit wajah putih, bersih, dan mulus secara instan.
Melihat hasilnya yang instan, banyak wanita yang terus menerus menggunakan
kosmetik berbahan merkuri. Merkuri sangat dilarang pemakaiannya dalam sediaan
kosmetik, karena toksisitasnya yang sangat kuat terhadap organ-organ ginjal,
saraf, dan otak.
Paparan
merkuri dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat, menyebabkan
gangguan neurologis seperti gangguan kognitif, kehilangan keseimbangan, tremor,
kelemahan otot, dan gangguan perilaku. Efek neurotoksik ini khususnya berbahaya
pada perkembangan janin dan anak-anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan.
Menurut
Putranto (2011) Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum
diubah oleh aktifitas mikroorganisme menjadi komponen methyl merkuri (CH3-Hg)
yang memiliki sifat racun dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang
tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri
terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan
tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang
berbahaya baik bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia, yang makan
hasil tangkap hewan-hewan air tersebut.
Sumber
Merkuri
Merkuri
dapat berada dalam bentuk metal, senyawa-senyawa anorganik dan senyawa organik.
Terdapatnya merkuri di perairan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama
oleh kegiatan perindustrian seperti pabrik cat, kertas, peralatan listrik,
chlorine dan coustic soda; kedua oleh alam itu sendiri melalui proses pelapukan
batuan dan peletusan gunung berapi. Menurut Bernadus dan Rorong (2021) Merkuri
dapat ditemukan secara alami di dalam tanah, batuan, dan air. Beberapa tambang
mineral, seperti tambang emas dan perak, mengandung merkuri. Ketika tanah atau
batuan mengandung merkuri terdegradasi oleh erosi, merkuri dapat masuk ke air
permukaan dan sistem perairan. Proses alami seperti vulkanisme juga dapat
mengeluarkan merkuri ke atmosfer.
Kegunaan Merkuri
Di
sektor industri, merkuri digunakan dalam beberapa proses produksi. Misalnya,
dalam industri penambangan emas dan perak, merkuri digunakan untuk memisahkan
logam berharga dari material lainnya. Merkuri membantu dalam pemisahan partikel
emas dan perak dari batuan dan tanah yang mengandung logam-logam tersebut. Selain
itu, merkuri juga digunakan dalam produksi perangkat elektronik dan listrik.
Kemampuannya dalam menghantarkan listrik dengan baik membuatnya menjadi bahan
yang ideal untuk digunakan dalam pembuatan termokopel, sakelar, dan alat
pengukur listrik lainnya. Merkuri juga digunakan dalam pembuatan sel baterai
dan lampu pijar, meskipun penggunaannya dalam beberapa aplikasi ini telah
digantikan oleh alternatif yang lebih aman.
PENUTUP
Pencemaran
logam berat, khususnya merkuri, merupakan masalah serius yang memerlukan
perhatian dan tindakan segera. Perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan
harus menjadi prioritas dalam penggunaan dan pembuangan merkuri. Dengan
regulasi yang tepat, peningkatan kesadaran, dan langkah-langkah mitigasi yang
efektif, kita dapat mengurangi risiko pencemaran merkuri dan mendukung
kelestarian lingkungan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustriani, F., Purwiyanto, A. I. S., dan
Suteja, Y. 2017. Penilaian pengkayaan logam Timbal (Pb) dan tingkat kontaminasi
air ballast di perairan Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan. Omni-Akuatika. 12(3)
: 114-118.
http://dx.doi.org/10.20884/1.oa.2016.12.3.133
Armawati, A., Wahab, A. W., dan Hala, Y. 2016.
Distribusi Kuantitatif Logam Berat Cu dan Zn Dalam Air dan Sedimen di Sekitar
Perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa. Hasanuddin University Repository. 1-7.
https://core.ac.uk/download/pdf/77629609.pdf
Armid, A., Shinjo, R., dan Ruslan, R. 2017.
Distributions and pollution assessment of heavy metals Pb, Cd and Cr in the
water system of Kendari Bay, Indonesia. IOP Conference Series: Materials
Science and Engineering, Purwokerto.
10.1088/1757-899X/172/1/012002
Bernadus, G. E., dan Rorong, J. A. 2021. Dampak
Merkuri Terhadap Lingkungan Perairan Sekitar Lokasi Pertambangan Di Kecamatan
Loloda Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara. Agri-Sosioekonomi.
17(2) : 599-610.
https://doi.org/10.35791/agrsosek.17.2%20MDK.2021.35429
Lestari, P dan Trihadiningrum, Y. 2019.
The impact of improper solid waste management to plastic pollution in
Indonesian coast and marine environment. Marine Pollution Bulletin. 149.
https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2019.110505
Mardiana, R. 2022. Penyuluhan tentang
Bahaya Merkuri yang Terkandung dalam Kosmetik Krim Pemutih Wajah dan Cara
Mengidentifikasinya. Jurnal Mitra Pengabdian Farmasi. 1(2) : 40-44.
https://ejurnal.akfar-mandiri.ac.id/index.php/abdimas/article/view/14
Nurhidayati, N., Didik, L. A., dan Zohdi,
A. 2021. Identifikasi Pencemaran Logam Berat di Sekitar Pelabuhan Lembar
Menggunakan Analisa Parameter Fisika dan Kimia. Jurnal Fisika Flux: Jurnal
Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat. 18(2) : 139-148.
http://dx.doi.org/10.20527/flux.v18i2.9873
Pratiwi, D. Y. 2020. Dampak Pencemaran
Logam Berat Terhadap Sumber Daya Perikanan Dan Kesehatan Manusia. Jurnal Akuatek. 1(1)
: 59-65.
https://doi.org/10.24198/akuatek.v1i1.28135
Putranto, T. T. 2011. Pencemaran Logam
Berat Merkuri (Hg) pada Airtanah. Teknik. 32(1) : 62-71.
https://doi.org/10.14710/teknik.v32i1.1690
Septriani, M., Adzidzah, H. Z. N.,
Apriyanti, H., Pauziah, S., dan Sulistiyorini, D. 2023. Cemaran Merkuri (Hg)
Dan Timbal (Pb) Pada Produk Perikanan: Studi Literatur. Jurnal Masyarakat
Sehat Indonesia. 2(1) : 7-16.
https://journal.ympai.org/index.php/jmsi/article/view/29
Siaka, I. M., Suastuti, N. G. A. M. D. A.,
dan Mahendra, I. P. B. 2016. Distribusi Logam Berat Pb Dan Cu Pada Air Laut,
Sedimen, Dan Rumput Laut Di Perairan Pantai Pandawa. Jurnal Kimia. 10(2) : 190-
196.
Subarkah, M., Srikandi, E. D., Adami, A., dan
Sumarlin, S. 2021. Analisis Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Zinc (Zn) di
Perairan PPS Kendari. Jurnal TELUK: Teknik Lingkungan UM Kendari. 1(1) : 27-
31.
https://lp3m-umkendari.ac.id/index.php/telukumkendari/article/view/123
Suprihatin, I. E., Limbong, P. B., dan Ariati,
N. K. 2022. Kandungan Logam Fe Dan Pb Total Dalam Air Dan Sedimen Di Kawasan
Pelabuhan Padang Bai Serta Bioavailabilitasnya. Jurnal Kimia (Journal of
Chemistry). 16(1).
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/view/60782
Yorifuji, T., Takaoka, S., dan Grandjean,
P. 2018. Accelerated functional losses in ageing congenital Minamata disease
patients. Neurotoxicology and teratology. 69 : 49-53.
https://doi.org/10.1016/j.ntt.2018.08.001
Zulfahmi, I., Affandi, R., Djamar. 2014.
Kondisi biometrik ikan nila, (Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758)) yang
terpapar merkuri. Jurnal Iktiologi Indonesia. 14 (1) : 37-48.
Komentar
Posting Komentar